Senin, 22 November 2010

New Stuff is disaster

Bolehkah aku bertanya? Apakah salah jika kita memiliki barang2 baru *seperti : tas baru, jam baru dan SEPATU BARU* ? Haruskah ada ritual khusus untuk merayakan kepemilikan barang2 baru tersebut? *heran luarr biasa*

Jadi begini,
" Pada hari minggu ku turut ibu ke kota.
Naik mobil istimewa, ku duduk di muka.
Ku duduk samping bu sopir yang sedang menyetir.
Membeli sepatu baru itu tujuan ku. "
* alaaahh, apaan coba? -,- *

Nah berhubung sepatu lama ku sudah lumayan parah kondisi nya dan terlalu mengenaskan untuk dipakai lagi, akhirnya aku minta ibu untuk membelikan sepatu baru. Untung saja ibu memperbolehkan.

Setelah lirik sana sini mencari sepatu target utama : flat shoes, akhirnya ditemukan beberapa sepatu kandidat yang berhasil menaklukkan hati ku.
Eh ... Tapi tapi ternyata, setelah sepatu2 tersebut aku coba, kog tidak ada yang muat di kaki panjang ku ya? Gawat ! Firasat buruk ! *suara petir menggelegar, angin bertiup kencang, mendung gelap mendadak *

Aku : " Mbak, ini ukuran paling besar berapa ya? "
Mbaknya : " mmm ... Yang model ini tinggal ukuran 38. "
Aku : " Itu ukuran berapa? "
Mbaknya : " yang ini 38. "

Doenggg ! Remuk redam lah hati ini. Ternyata Tuhan tidak mengijinkan ku memiliki sepatu itu, hiks hiks ;(
Akhirnya setelah menimbang-nimbang sekian bulan * maksud ku sekian menit *, aku memutuskan untuk melirik sepatu lain yang tidak begitu membuat ku terpesona. Dan pilihan pun jatuh kepada model sepatu flat shoes dengan asesoris resleting ga jelas ini.

Aku : " Ini bagus ga bu? "
Ibu : " Kalo buat remaja sih bagus, tapi kalo buat ibu ya jelek. " *gubrag !! *

Ok ! Untungnya aku berhasil menenteng sepatu tersebut ke rumah *setelah dibayar tentunya* dengan ukuran 39 *tumben cukup -,- *.

Keesokan harinya (hari ini), sepatu tersebut aku kenakan untuk pertama kalinya ke sekolah.

Untung selama upacara, temen2 belum ada yang 'ngeh' terhadap sepatu baru ku. Tetapi apesnya, pada saat pelajaran kimia, salah satu teman ku : Ulya, mengetahui barang asing yang aku kenakan. Langsung aja tuh sepatu diinjak-injak ga jelas --> merupakan salah satu tradisi yang diajarkan nenek moyang tiap ada sepatu baru. Ok ! Aku pikir, penderitaan ku sudah selesai sampai disini. Tapi ternyata aku SALAH BESAR.

Pada saat istirahat ke2, dengan berkedok ingin menjajal sepatuku, akhirnya si ulya berhasil merampas salah satu sepatuku. Dan entah gimana ceritanya, sepatu ku sampailah di tangan yasmin.

Ulya : " Umpetin yas ! Itu sepatu baru nya nonik loh. "
Yasmin : " Oh sepatu baru to, ciyeee ... "

Dan aku hanya bisa pasrah dengan kondisi ke2 tanganku ditahan oleh ulya, melihat sepatu ku yang hampir ditaroh di atas AC. Mampus aje deh ! Gimana cara ngambilnya tuh?

Ok ... Terserah deh, aku pasrah -.- Dan aku pergi ke mushola untuk melaksanakan solah dhuhur, dengan merelakan sepatu aku dipermainkan.

Ketika kembali ke kelas, aku ngelihat ada 2 buah sepatu yang bertengger di atas proyektor (ini semua yang ngelakuin wendi -.-), salah satunya punyaku. Parahnya lagi, Pak Kamto (guru matematika yang kocak abis) sudah berada di kelas. Mampus !

Sebenernya sih aku nyampe2 aja kalo ngambil tuh sepatu, tapi masalahnya AKU KAN CEWEK. Masa kebanyakan polah alias kudu naik2 meja gitu? Tapi yaudah lah namanya juga kepepet.

Aku pun meminta ijin pak Kamto.
Aku : " Pak minta ijin mau naik meja. Mau ngambil sepatu yang kecantol di atas proyektor. "
Pak Kamto : " ya. "

Ok. Waktunya BERAKSI.
Dalam kondisi kaki yang masih cokoran, aku minta ijin ke Jundi buat naik mejanya dia. Langsung deh anak2 sekelas pada teriak dengan KOMPAK.

" Iiihhh, nonik ga sopan tuh. Iihhh, nonik ga sopan. "

Buset dah aku malu banget! Tapi egp lah, itung2 buat kenang2an : pernah naik meja dengan kondisi kaki cokoran di depan anak2 sekelas. Stres ! Hahaha.

Dan aku udah mulai ngerasa nyaman sama kelas baru ku. Udah ngerasa akrab dan deket sama mereka :D

Tambah kompak aja ya ..... ;)

0 komentar:

Posting Komentar